Selasa, 05 November 2013

Urban Farming edisi 3

Hidroponik Skala Rumah Tangga


               
  Pada urban farming sebelumnya telah dibahas sedikit prospek hidroponik skala rumah tangga dan sekarang kami akan menerangkan penerapan hidroponik rumah tangga yang telah dialami oleh salah satu anggota kami. Berdasarkan pengalaman anggota kami, hidroponik skala rumah tangga tidaklah rumit, semua orang dapat melakukannya. Hidroponik yang ada sekarang memiliki banyak macam teknik dan model, tak sedikit orang yang melakukan inovasi dalam hidroponik salah satunya adalah dengan memanfaatkan barang-barang bekas. Tanaman yang telah berhasil ditanam sementara ini adalah sawi, paprika, cabai, dan melon. Untuk tanaman sawi telah mengalami 1 kali panen dengan masa sekitar 35 hari dari pembibitan. Pada paprika dan cabai yang telah berumur sekitar 3 bulan sudah berbunga dan mulai muncul buah, begitu pula pada melon yang mulai berbuah.

Tanaman Sawi Hidroponik

 Buah melon hidroponik

Paprika hidroponik

Hidroponik yang digunakan anggota kami ada dua macam berdasarkan tanaman yang ditanam. Dalam menanam sawi mengunakan perpaduan hidroponik substrat dan non-substrat, yaitu menggunakan campuran arang sekam dan pupuk organik dalam gelas mineral bekas yang digunakan sebagai media penegak pada larutan nutrisi dalam paralon. Sedangkan untuk media cabai dan paprika menggunakan hidroponik substrat berupa campuran arang sekam dan pupuk organik dalam polybag. Bahan dan alat yang digunakan tidak mahal dan tidak susah dicari, yaitu bambu, plastik mika, waring net, polybag, sekam, seng, aerator, paralon, gelas mineral bekas, pupuk organik, pupuk urea, pupuk NPK dan benih tanaman. Untuk arang sekam yang digunakan merupakan buatan sendiri, sedangkan pupuk organik merupakan produk pabrik karena tidak sempat membuat sendiri. Pupuk yang digunakan merupakan pupuk pabrik karena ini masih tahap percobaan apakah hidroponik ini berhasil atau tidak. Yang diamati sementara adalah sistem hidroponik seperti yang mudah dilakukan, khususnya hidroponik dengan paralon yang memerlukan kecepatan dan konsentrasi aliran nutrisi yang stabil serta suhu dalam paralon yang rawan panas di siang hari. 
Permasalahan yang muncul dalam penerapan hidroponik yang dilakukan adalah pada jam 10 ke atas tanaman mulai mengalami kelayuan baik pada paralon maupun pada polybag. Namun, yang lebih sering layu dan rawan adalah tanaman dalam polybag, sehingga pada jam tersebut perlu dilakukan penyiraman untuk memberi tambahan air yang hilang dari media karena arang sekam yang bersifat porus sehingga mudah meloloskan air merkipun telah dicampur dengan bahan organik. Selain itu karena yang digunakan adalah pupuk majemuk maka terjadi defisiensi hara mikro yang menyebabkan bunga-bunga mengalami kerontokan sehingga buah yang berhasil tumbuh sedikit. Meski demikian hasil yang diperoleh cukup memuaskan, yaitu penerapan hidroponik skala rumah tangga tidaklah terlalu sulit selama faktor-faktor tersebut dapat diatasi. Hal ini didasarkan bahwa dalam mencoba hal baru itu tidak bisa langsung sekali berhasil tetapi membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Ingat bahwa sebelum kita mampu berlari kita melewati tahapan merangkak dan berjalan lebih dulu. Itupun kita lalui dengan berkali-kali terjatuh bukan? Maka jangan cepat menyerah dan putus asa jika gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar