BOKASHI, Pupuk Ramah
Lingkungan
Dalam proses budidaya atau tanam
menanam, pupuk merupakan suatu komponen yang tidak dapat diabaikan. Pupuk
berperan sebagai penyedia nutrisi atau hara tambahan bagi tanaman karena belum
tentu media tanam yang digunakan mampu menyediakan kebutuhan hara tanaman. Pada
saat revolusi hijau, pupuk kimia menjadi “dewa” penyelamat bagi petani. Hal
tersebut terjadi karena efek dari pemberian pupuk kimia dapat terlihat dalam
waktu singkat, misalnya pada pertanaman padi yang mengalami kekurangan unsur N
kemudian dipupuk dengan ures maka tak berapa lama tanaman padi akan terlihat
hijau segar. Selain itu pada saat revolusi hijau digalakkan, peningkatan
produksi produk pertanian cukup tinggi sehingga Indonesia pada saat itu mampu
berswasembada beras. Dibalik keberhasilan swasembada Indonesia saat itu ternyata
mengancam keberlangsungan kemampuan tanah mendukung produktivitas selanjutnya
dan dampak buruk lainnya. Penggunaan bahan-bahan kimia dalam proses budidaya
terus berlanjut hingga sekarang, yang mengancam keberlangsungan aspek pendukung
bidang pertanian (tanah, air) dan kesehatan adalah penggunaan bahan-bahan kimia
secara tidak bijak. Umumnya dalam penggunaan bahan-bahan kimia seperti
pestisida dan pupuk, seringkali petani menggunakannya dalam jumlah berlebih.
Beberapa tahun setelah revolusi
hijau, produktivitas produk pertanian kian menurun. Ternyata hal tersebut
berkaiatan dengan dampak bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses
budidaya, khususnya pupuk kimia, yang mempengaruhi kesehatan tanah. Penggunaan
pupuk kimia dalam jumlah berlebih berdampak negatif terhadap kesehatan tanah,
yaitu terjadinya salinitas akibat penumpukan garam-garam pupuk, berkurangnya
mikrooranisme menguntungkan dalam tanah, terjadinya pemadatan tanah dan lain
sebagainya. Pertanian saat ini mulai dituntut untuk bersifat lestari dan ramah
lingkungan dan dengan adanya kerusakan akibat perilaku tidak baik yang
berlanjut maka diperlukan suatu upaya untuk mengatasinya. Bokashi atau pupuk
kandang fermentasi hadir sebagai solusi kerusakan tanah, meskipun kandungan
unsur hara dalam bokashi tidak seakurat dalam pupuk kimia dan bersifat “slow
realease”. Bokashi merupakan pengembangan dari pupuk kandang yang telah lama
dikenal masyarakat. Bokashi yang termasuk dalam bahan organik, dalam
aplikasinya dicampurkan dengan tanah akan memberi dampak positif bagi kesehatan
tanah. Bokashi akan membantu peningkatan jumlah mikroorganisme baik dan jumlah
pori, menambah jumlah hara, kemampuan tanah mengikat air, dan seagainya.
Pembuatan bokashi yang mudah, murah dan sederhana serta bersifat lestari
(aplikasi satu kali dapat untuk beberapa periode tanaman) menjadikan bokashi
solusi “ampuh” permasalahan kerusakan tanah.
Bokashi juga sangat cocok digunakan
pada campuran media tanam pot di rumah. Dengan memberikan bokashi pada media
tanam, maka kita tidak perlu repot-repot tiap waktu memberikan pupuk pada
tanaman kita. Sama halnya dengan yang lain, dimana ada kelebihan pasti ada
kekurangan bukan? Kekurangan bokashi yang sering menjadi masaah bagi petani
adalah jumlah yang dibutuhkan sangat banyak, bahkan dalam satu hektar bisa
membutuhkan 50 ton bokashi. Sebenarnya jika kita menghitung untung dan rugi
jangka panjang pupuk kimia maka itubukanlah masalah besar, selain itu aplikasi
50 ton tersebut tidak harus diberikan dalam satu waktu serta pemanfaatannya
tidak hanya dalam sekali periode tanam, bisa saja untuk beberapa kali periode
tanam. Selain jumlah yang banyak, bokashi yang berasal dari kotoran hewan
dianggap sering membawa patogen tular tanah dan OPT lain. Hal ini dapat diminimalisasi
terjadi dengan adanya pengawasan selama proses pembuatan bokashi. Bagaimana?
Bokashi solusi yang “ampuh” kan? Nah dengan penjelasan singkat ini, semoga
bermanfaat bagi temen-temen ya. Sampai jumpa di urban farming edisi
selanjutnya.
.jpg)